Artikel Pustaka Nilna

Usaha Rumahan >> Hasil Jutaan

Jumat, 22 Januari 2010

DBS Harga bank di Inonesia

sumber :http://bataviase.co.id

DBS Harga bank di Indonesia terlalu mahal

OLEH FAHMI ACHMAD Bisnis Indonesia

SINGAPURA Investor asing menilai harga bank di Indonesia terlalu mahal sehingga aksi akuisisi tidak sebanyak yang diharapkan untuk mendukung rencana konsolidasi perbankan nasional.

Bernard Tan, Managing Director DBS Bank Singapura mengatakan pihaknya memiliki minat berpartisipasi dalam rencana konsolidasi perbankan yang disusun Bank Indonesia melalui arsitektur perbankan Indonesia (API). Bank sentral berharap API berujung pada konsolidasi industri melalui aksi merger ataupun akuisisi sehingga jumlah bank di Tanah Air berkurang.

"Kami selalu melihat faktor harga, sangat mahal untuk membeli bank di Indonesia," katanya kepada pers dalam acara Media Visiting, kemarin.Dia mencontohkan aksi salah satu bank asing baru-baru ini yang membeli bank menengah dengan fokus ritel dengan harga yang mencapai empat kali nilai buku.

Menurut dia, harga bank di Indonesia yang mencapai empat kali nilai buku sangat tinggi dibandingkan dengan penawaran dari bank-bank di regional. "Di Singapura, paling tinggi dua kali nilai buku."

Bernard mengemukakan pihaknya tetap memasukkan rencana akuisisi sebagai opsi rencana pertumbuhan anorganik perusahaan. DBS Bank Singapura yang 45% sahamnya dikuasai investor ritel Singapura, termasuk kepemilikan Temasek Holdings 27,6%, terus mengembangkan anak usahanya di Indonesia, India, China dan Taiwan.

Di Indonesia, tuturnya, DBS berencana menggandakan jumlah kantor cabang yang kini sebanyak 40 kantor di 11 kota. Rencana itu, kata Bernard akan dilakukan dalam 3 tahun.Di regional, DBS melakukan akuisisi di Hong Kong, Taiwan (membeli Bowa Bank seharga Sin SlO miliar pada 2008) dan membeli kepemilikan di BPI Filipina, Cholamandalam Finance India, dan lainnya.

Hendra Gunawan, Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia, menambahkan keinginan untuk pertumbuhan akan dilakukan sesuai dengan rencana strategis [strategy fit) dan kepatuhan pada regulasi. "Sejauh ini, kami memandang regulasi dari Bank Indonesia cukup positif dan tidak ada hambatan untuk melakukan akuisisi," tuturnya.

Dia menambahkan DBS Bank Singapura juga tengah melakukan finalisasi untuk mendirikan perusahaan factoring (an)ak piutang) di Indonesia."Target peluncurannya pada kuartal 1/2010. Ini untuk mendukung kinerja klien korporasi dan kami akan menyesuaikan dengan proses perizinan kepada regulator," kata Hendra.

Efek Dubai World

Di sisi lain, Jeanette Wong, Group Executive Institutional Banking Group DBS Bank menyatakan pihaknya memiliki sejumlah eksposur investasi yang terkena dampak dari kasus penundaan kewajiban pembayaran utang Dubai World. "Namun, nilainya tidak terlalu signifikan," ujarnya tanpa menyebutkan nilai riil dari eksposur tersebut.

DBS mengatakan mayoritas dari utang adalah perusahaan milik Dubai yang beroperasi di Singapura yang adalah sehat, seperti Labroy dan South Beach, yang dijaminkan. South Beach adalah usaha patungan komersial dan residensial perdana di konvensi distrik Singapura, sedangkan Labroy Marine galangan kapal lokal.

Jeanette menuturkan pihaknya memberikan bantuan kepada para klien yang bisnisnya terkena dampak kasus Dubai World.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ide Usaha Bisnis Rumahan